Ada orang yang berkata, “Ini hidup gue, jadi
suka-suka gue dong menjalani hidup.” Ada juga orang yang berkata,
“Hidup cuma sekali, puas-puasin aja, gak usah terlalu banyak aturan.” Memang,
setiap orang punya pilihan hidup dan hidup juga hanya sekali. Tetapi
bukan berarti hidup menjadi bebas tanpa atauran. Mengapa? Karena hidup di dunia
ini sebenarnya bukanlah hidup yang sesungguhnya. Kehidupan yang sejati justru
setelah kita mati.
Di dunia ini tugas utama kita adalah mengumpulkan
bekal. Pendek waktunya, paling lama mungkin 100 tahun. Namun waktu yang pendek
ini menentukan kehidupan kita nanti, bahagia atau sengsara sepanjang masa.
Pastikan semua yang kita lakukan bisa dijadikan bekal untuk kembali ke rumah
nenek moyang kita yang asli (Adam dan Hawa) yaitu Surga.
Sungguh rugi apabila yang kita lakukan mendapat
bayaran atau pengharagaan di dunia, tetapi tidak bisa dijadikan bekal untuk
kehidupan nanti. Bagaimana agar perbuatan atau akivitas kita bisa menjadi
bekal? Ada tiga saringan yang perlu kita lakukan. Pertama, pastikan Allah SWT
mencintai perbuatan itu. Jangan sembarang berbuat, yakini dan pastikan
kehalalan atau kebolehan apa yang kita lakukan.
Walau manfaat berlipat namun bila perbuatan itu
haram, tidak perlu banyak pertimbangan dan pertanyaan, langsung tinggalkan.
Menjadi pialang saham mungkin bisa membuat Anda kaya raya, namun karena
diharamkan maka tinggalkanlah. Buat apa kaya raya di dunia tetapi itu membuat
kita disiksa di dalam neraka.
Saringan kedua, bekerjalah sesuai prioritas. Kita
harus menentukan atau menyusun prioritas dalam hidup. Jangan selalu berkata
“ya” terhadap semua ajakan orang lain karena boleh jadi itu tidak sesuai dengan
prioritas hidup kita. Milikilah arah hidup yang jelas agar Anda bisa menentukan
prioritas hidup. Orang yang tidak bisa menentukan prioritas, dia tidak akan
bisa menjadi ahli apapun.
Atau kalau menggunakan istilah agama lakukanlah
yang wajib dulu, kemudian yang sunnah. Sekali-kali boleh mengerjakan yang
mubah, usahakan tinggalkan yang makruh dan benar-benar tinggalkan yang haram.
Jangan sampai Anda sibuk sedekah (sunnah) namun tidak mau membayar hutang yang
jatuh tempo (wajib). Sibukkan diri kita dengan hal-hal yang wajib dan sunnah
saja dalam hidup ini.
Saringan ketiga, asas manfaat. Ingat ya, asas
manfaat dilakukan setelah asas kesatu dan kedua sudah terpenuhi, jangan
terbalik. Manfaat yang diperoleh tidak harus dalam bentuk harta atau
sesuatu yang tampak. Berusahalah memastikan bahwa apa yang kita lakukan memberi
manfaat baik bagi kita maupun kepada orang yang berinteraksi dengan kita.
Biasakanlah menggunakan tiga saringan ini sebelum
kita melakukan aktivitas, mau? Praktikan, yuk!
oleh Jamil Azzaini