Menjalani Hidup Untuk Belajar Al Quran

"sapa sing nguri-uri al-Qur’an, insya Allah dapat berkahnya"

Mengenal Dr Mu’inuddinillah Basri MA yang Membentengi Akidah Umat


Tantangan zaman yang dihadapi umat Islam semakin kompleks, mulai dari perpecahan umat hingga konspirasi global. Untuk itu, perlu dakwah universal dengan bimbingan, imunisasi dan advokasi agar kader mujahid mampu merespons perkembangan zaman.

Secara nasab, Dr. Mu’inuddinillah Basyri, MA tersambung ke Pangeran Diponegoro dari jalur KH. Imam Rozi, pendiri pesantren Singo Manjat, Tempursari, Klaten—putra Kiai Maryani bin Kiai Ageng Kenongo. Selain sebagai panglima perang (manggala yudha), KH. Imam Rozi menjadi penghubung antara Pangeran Diponegoro dan Paku Buwono VI.

Di dunia dakwah, Ustadz Mu’in ini jarang absen dari kegiatan pendidikan, sosial, serta gerakan amar makruf nahi mungkar di wilayah Surakarta dan sekitarnya. Kepeduliannya terhadap masalah keumatan diwujudkan melalui ceramah, taklim, seminar, workshop, advokasi, parade tauhid, serta forum-forum nasional dan internasional.

Ditemui di kediamannya di Jalan Makam Haji, pria kelahiran Sukoharjo 15 Juni 1966 ini menuturkan, dewasa ini umat Islam mulai berpecah belah karena ajaran Islam yang baku dijadikan relatif dan yang relatif dijadikan baku. “Misalnya, jilbab gaul dikatakan syariat Islam. Padahal, pandangan ini bisa menghancurkan ajaran Islam,” ujarnya.

Sementara, umat Islam juga harus menghadapi konspirasi global kaum liberal, sekuler, dan non-Muslim. Seperti kasus di Papua, umat Islam ditindas dan terjadi praktik diskriminasi minoritas terhadap mayoritas. “Tidaklah umat Islam lemah karena akidahnya lemah, melainkan kaum munafik yang memojokkan kaum Muslimin,” paparnya.

Di sinilah perlu peran dakwah universal, baik melalui pendidikan, sosial, advokasi, mediasi dan membangun persatuan umat (wihdatul umah). Setelah menyelesaikan master dan doktoral di Jam’iyatul Imam Ryad Saudia, Ustadz Mu’in merintis Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Ibnu Abbas, Klaten, Jawa Tengah (2007).

Mantan dewan Kiai dan Direktur Pesantren Assalam Solo ini juga merintis program kaderisasi ulama Magister Pemikiran Islam dan Magister Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang menjadi cikal bakal berdirinya Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) Surakarta.

Kiprahnya semakin meluas dalam organisasi Islam sebagai ketua Forum Ukhuwah Jamaah Masjid (Fujamas), Ketua Komisi Fatwa MUI Surakarta, Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Surakarta, serta menjadi salah satu inisiator berdirinya Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara.

Ketika terjadi kasus Syiah, Ahmadiyah dan Tolikara, Ustadz Mu’in bersama umat Islam di Surakarta merespons dengan aksi damai, seminar, diskusi, audiensi dan advokasi. “Dakwah harus dilakukan menyeluruh—meliputi pembimbingan, perlindungan, advokasi, audiensi dan imunisasi—untuk membentengi akidah umat dari ajaran yang menyimpang,” paparnya.

Suami Siti Rodiyah ini selalu merespons berbagai isu nasional dan internasional. Misalnya, mengadakan parade tauhid untuk merespons tindakan kelompok Syiah dengan mengerahkan masa 100 ribu orang. Demikian pula ketika terjadi kerusuhan di Tolikara, umat Islam di Surakarta menggelar aksi solidaritas dan mengirim tim ke Papua. Semoga beliau selalu di dalam pertolongan-Nya.
(majalahgontor.net)

Postingan terkait: