Menjalani Hidup Untuk Belajar Al Quran

"sapa sing nguri-uri al-Qur’an, insya Allah dapat berkahnya"

Bisakah Zakat Mengentaskan Kemiskinan?

zakat

Begitu moderator membuka sesi tanya jawab, dosen fakultas ekonomi sebuah universitas negeri di Jogjakarta itu langsung mengangkat tangan mengajukan pertanyaan. “Pak Heppy, kalau semua umat Islam Indonesia disiplin membayar zakat, infak dan shodaqoh berarti ada ribuan triliyun dana yang bisa terkumpul setiap tahun. Menurut Bapak, apakah zakat itu bisa menyelesaikan kemiskinan di Indonesia?”. Pertanyaan itu diajukan dalam dialog Ramadhan yang berlangsung di masjid kampus Universitas Negeri Yogyakarta.

Menurut sang dosen dirinya sudah menghitung berulang kali besarnya potensi dana yang bisa dikumpul melalui zakat, infak dan shodaqoh di Indonesia. Dengan potensi itu menurutnya Indonesia atau umat Islam khususnya tidak perlu cemas kekurangan dana untuk membangun ummat. Bahkan menurutnya, kemiskinan melilit bangsa ini dapat diselesaikan melalui dana ummat yang terkumpul melalui zakat, infaq dan shodaqoh itu. Pertanyaan yang dia ajukan itu bertujuan ingin memperoleh pemikiran banding atau minta pendapat kepada Presiden IIBF.

“Ini bukan kali pertama pertanyaan ini diajukan kepada saya,” kata Heppy menanggapi. Besarnya potensi zakat itulah yang hari ini memicu banyaknya lembaga zakat tumbuh dimana-mana. Dan dana yang terukumpulpun luar biasa besarnya. Namun masih belum terlihat adanya perubahan siginifikan dalam kehidupan ummat sebagai dampak dari pengelolaan zakat itu. “Menurut saya, berapapun besarnya angka zakat, infak dan shodaqoh yang terkumpul tidak akan merubah apa-apa jika itu hanya sebagai sebuah cara,” tegas Heppy. APBN kita yang jelas anggarannya sekitar 2.000 triliyun per tahun saja tidak mampu mengangkat bangsa ini dari keterpurukannya. Mengapa? Karena itu hanya sekedar cara atau metode.

“Tak usah menunggu angka ribuan triliyun, hanya dengan Rp.50 juta saja, lebih dari cukup untuk merubah ummat dan bangsa ini, jika Rp.50 juta itu adalah zakat dari seorang presiden atau menteri yang bertakwa,” ungkap Heppy. Zakat, infak dan shodaqoh itu menurut Heppy bukanlah sekedar CARA tetapi adalah BUKTI ketakwaan seseorang. Jika sekedar cara, kita akan capek bayar infak atau sedekah dan segera berhenti jika cara itu tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Namun bila semuanya atas dasar takwa maka apapun yang terjadi kita akan tetap melakukannya.

Takwa itu adalah sebuah derajat atau maqam yang hanya bisa diraih oleh seseorang yang memiliki keimanan kepada Allah SWT. Iman membuat seseorang yakin terhadap janji-jani Allah, dan takwanya membuat dia selalu bersikap hati-hati agar keimanannya itu tetap terjaga dan tidak ternoda oleh perbuatan-perbuatan buruk. Ketika seseorang sudah mencapai derajat takwa maka segala tindak-tanduknya akan terhindar dari hal-hal munkar. Sehingga apapun yang keluar dari ucapan, tindakan dan perbuatannya hanya hal-hal yang mengandung kebaikan. Dan bila itu sudah terjadi pada tiap-tiap individu pada satu bangsa maka Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan dari bumi untuk bangsa itu. Di situlah perubahan besar akan terjadi.

Perubahan itu terjadi bukan karena karena zakat, infaq dan shodaqohnya sendiri tetapi karena takwa pelakunya. Kembali pada pertanyaan dosen tadi, apakah zakat, infaq dan shodaqoh bisa mengentaskan kemiskinan, jawabnya bisa, jika zakat, infaq dan shodaqoh itu dilakukan oleh orang-orang yang bertakwa. Jika tidak atas dasar takwa, bayar zakatpun kita khawatir, jangan-jangan zakat kita yang bayar yang seharusnya diperuntukkan bagi kaum fakir, miskin dan mustahiq lainnya berubah jadi spanduk atau baliho-baliho raksasa

Postingan terkait: